Gubernur Sumatera Utara Minta Gapki Tekan Pembakaran Lahan

Medan, 1/9 – Gubernur Sumatera Utara HT Erry Nuradi mengingatkan pengusaha perkebunan sawit tidak melakukan pembakaran lahan mengingat daerah itu termasuk yang kerap ditemukan kasus lahan terbakar.

“Dari 1,4 juta hektare areal perkebunan sawit di 21 daerah di Sumut, sebanyak 600 ribuan hektare masuk dalam Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia). Saya minta pengusaha anggota Gapki tidak merusak lingkungan,” ujarnya di Medan, Kamis, pada acara Indonesia Palm Oil Stakeholder Forum (IPOS Forum).

Peringatan kepada pengusaha itu , ujar Gubernur Sumut, penting dilakukan mengjngat Pemprov Sumut sering mendapat surat peringatan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan tembusan ke Presiden dan Kapolri terkait seringnya ditemukan kasus kebakaran lahan di provinsi itu.

Sumut dan Riau masih sering ditemukan titik panas atau “hot spot”. “Mudah-mudahan pembakarnya bukan anggota Gapki, tetapi hot spot yang masih banyak harus ditekan,’ kata Erry.

Menurut Gubernur Sumut, upaya menekan kerusakan lingkungan, bukan hanya untuk kepentingan masyarakat dan pemerintah.

Namun juga untuk kepentingan perusahaan karena isu lingkungan dewasa ini sangat berpengaruh dalam transaksi jual beli dan harga jual sawit.

“Penjagaan lingkungan tugas bersama karena masalah itu menjadi perhatian internasional,” katanya

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengakui, pihaknya sering mengahadapi tekanan karena masalah kebakaran yang masih terjadi.

Belajar dari pengalaman, selalu saja industri sawit yang menjadi pihak yang disalahkan, maka Gapki terus mengingatkan agar perusahaan anggota tidak melakukan tindakan pembakaran dan terus menjaga lingkungan.

“Alhamdulillah, saya ingin mengucapkan terima kasih, karena hingga hari ini, saya pantau belum ada satupun perusahaan kelapa sawit anggota Gapki yang mengalami masalah kebakaran,” ujar Joko.

Meski demikian, anggota Gapki harus selalu waspada dan melakukan upaya pencegahan.

“Tidak membakar saja tidak cukup, kalau terjadi kebakaran di sekitar kebun, tetap perusahaan yang disalahkan. Jadi sebisa mungkin proaktif menjaga dan memadamkan kebakaran di sekitar perusahaan,” ujar Joko.