MEDAN, 25/11 – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menyebutkan bahwa keberadaan dokter spesialis kedokteran jiwa dan konsultasi kejiwaan (pergi ke psikiater) masih kurang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Namun fenomena yang muncul menurutnya, semakin banyak persoalan dialami rakyat berkaitan dengan itu.
Hal itu disampaikan Gubernur pada kegiatan pembukaan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (Konas PDSKJI) tahun 2022 dengan tema Stronger Psychiatrists for a Stronger Nation: Mental Health Transformation in Indonesia, di Hotel Gran Aston City Hall, Medan, Jumat (25/11). Hadir diantaranya Ketua Umum PDSKJI, Diah Setia Utami, PDSKJI Cabang Sumatera Utara, Surya Husada serta para dokter spesialis dan guru besar dari berbagai provinsi.
Menurut Gubernur, masalah dan tantangan kehidupan saat ini semakin berat. Kondisi ini kemudian dianggap dapat menjadikan masyarakat mengalami stres tinggi, bahkan tidak tertutup kemungkinan kesehatan kejiwaan terganggu. Karenanya ia berharap kegiatan Konas PDSKJI di Kota Medan tidak sekaradar seremonial internal organisasi saja, tetapi memperhatikan serta memberikan sumbangsih berarti bagi Indonesia.
Terkait profesi yang digeluti para dokter ini, Gubernur pun menceritakan pengalamannya menjalani tes kesehatan jiwa (Keswa) saat masih aktif sebagai Panglima Kostrad TNI, dimana dirinya bertindak sebagai Komandan Upacara Kenegaraan yang dihadiri Presiden RI, Joko Widodo. Sebelum upacara, ada pemeriksaan kejiwaan yang harus diikuti.
“Untuk menjadi komandan upacara saja, saya di tes kesehatan jiwa (Keswa) sampai tiga hari. saya sempat marah, tetapi namanya prosedur. Tidak boleh ada kesalahan. Padahal saya sudah bintang tiga waktu itu,” ujar Gubernur didampingi Kadis Kesehatan Ismail Lubis, Plt Kadis Kominfo Ilyas Sitorus dan Kadis Ketenagakerjaan Baharuddin Siagian.
Cerita lainnya kata Gubernur, ia juga pernah berangkat ke daerah operasi untuk berperang, selama tiga tahun, dari 1987-1989. Yang terjadi adalah, beberapa anggota pasukannya meninggal dunia saat berada di camp/hombase, setelah perang. “Karena mereka dididik berperang, selama tiga tahun memegang senjata (beperang). Banyak yang meninggal saat setelah perang. Saya menduga ini juga ada masalah kejiwaan, dan saya yakin para dokter ini mengerti apa yang saya sampaikan,” sebut Edy.
Karenanya, Edy menilai bahwa para dokter kejiwaan ini harusnya menjadi tumpuan juga bagi negara ini. Sehingga harus serius, mengingat tantangan dan masalah di masa depan akan lebih berat. Seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir, berbagai kasus yang berkaitan dengan kejiwaan, seperti penganiayaan, pembunuhan, hingga kasus lainnya yang motifnya terkadang tidak sekadar ekonomi. “Saya saja pernah dites oleh Psikiater USU, sebelum jadi Gubernur,” katanya.
Masalah kejiwaan ini, kata Gubernur, perlu menjadi perhatian penting bagi negara. Sebab dari berbagai rentetan kejadian yang ada, banyak potensi gangguan jiwa yang menimpa masyarakat. Bukan hanya yang terlihat secara kasat mata orang awam atau yang berada di Rumah Sakit Jiwa atau jalanan.
“Saya apresiasi acara ini, hanya saya mohon dengan segala hormat untuk menghasilkan sesuatu yang baik bagi negara. Karena ada 275 juta penduduk kita, saya yakin masih banyak orang sakit jiwa di luar sana. Memang kurang populer, kecil sekali orang yang mau datang ke psikiater. Padahal ini penting, agar kepala daerah seperti saya tahu apa yang harus dikerjakan,” jelasnya.
Sementara Ketua Umum PDSKJI Diah Setia Utami mengatakan bahwa Konas X yang berlangsung 24-27 November 2022 ini, diisi berbagai agenda pertemuan ilmiah dalam bentuk workshop, seminar maupun simposium, akan dilakuka berbagai sidang organisasi dan pemilihan.
“Ia mengapresiasi kehadiran para guru besar, senior dan rekan sejawat yang memberikan dukungan atas suksesnya kegiatan ini. Juga terimakasih kepada Gubernur yang menghadiri Konas PDSKJI X tahun 2022 ini,” pungkasnya. **
#BerAKHLAK
#DiskominfoProvsu
#BadanPenghubungDaerahProvsu