Medan, 11/10 – Tiga Kafilah Sumatera Utara masuk tiga besar cabang Musabaqah Khath Qur’an (MKQ) golongan Kontemporer dan Hiasan Mushaf berdasarkan penilaian Dewan Hakim. Meskipun berdebar, peserta tuan rumah yakin melaju ke babak final dan meraih juara.
Untuk Hiasan Mushaf putri, nama Millah Hayati asal Sumatera Utara mendapat nilai 257,5 menempati posisi kedua dari tiga besar lainnya yakni Nisfa Juwita (Banten) dan Irma Puspitasari (DKI Jakarta). Sementara lomba kaligrafi Kontemporer putra, Ahmad Subhan asal Sumatera Utara memperoleh nilai 271 menempati posisi kedua, mengungguli Hendra Saputra (Kepri) posisi ketiga dengan nilai 259 , sedangkan Yudhi Dwi Arifianto (Yogyakarta) mendapat nilai 282 di posisi teratas.
“Saya pun nggak menyangka bisa masuk tiga besar. Ya mungkin berkat doa, dukungan dan usaha selama pelatihan di Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (Jawa Barat) tiga bulan, tanpa disangka saya masuk final,” ujar Ahmad Subhan usai pengumuman nilai oleh Dewan Hakim, Rabu (10/10) siang.
Putra asal kabupaten Langkat ini mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan karya seninya karena sesuai dengan apa yang dipelajari selama pelatihan. Meskipun begitu, dirinya tetap berdebar menunggu pengumuman mengingat para pesaingnya dari 33 provinsi juga punya karya yang sangat bagus. Karena itu pula, segala persiapan akan dilakukan menjelang babak final kamis besok (10/10).
“InsyaAllah kita akan persiapkan hasil yang terbaik untuk Sumut,” sebutnya.
Selain itu, Mira Mustika asal Sumatera Utara meraih tiga besar untuk kategori lomba Kontemporer Putri dengan nilai 264,5, sedangkan pesaingnya Suci Melati asal Kalimantan Selatan memperoleh nilai 274 dan Jauhara Sa’adati asal Yogyakarta dengan nilai 255,5. “Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, juga terimakasih kepada orang tua dan teman-teman se-kafilah atas dukungannya. Ya saya nggak nyangka bisa masuk final,” kata putri asal Tebing Tinggi ini.
Menanggapi hasil karya para peserta, Dewan Hakim H. Muhammad Faiz Abdul Razaq menyebutkan nilai keindahan dan kualitas saat ini empat kali lipat lebih baik dibandingkan sebelumnya. Bahkan hasil karya semuanya sudah pantas dibandingkan dengan karya dari Turki, Mesir dan Brunei Darussalam. Sebab selain lukisan yang sangat indah, perbedaannya juga tidak terlau jauh dan harus diperiksa secara detail.
“Kami-kami ini dewan hakim dibuat gila. Semua karyanya luar biasa, jadi peningkatannya itu empat kali loncatan, sangat indah sekali. Jadi satu sama lain itu betul-betul mendetail, sampai kepada titik kita harus bisa bedakan. Jadi, antara juara itu perbedaannya satu digit saja,” jelas Faiz.
Dengan hasil tersebut menurutnya, sudah banyak kemajuan dari seni kaligrafi Indonesia. Untuk itu nantinya di babak final peserta akan bersaing ketat menentukan juara dari tiga besar.
(Media Center MTQN 2018)