Medan, 8/10 – Peluang investasi di Sumatera Utara (Sumut) secara kasat mata, cukup menjanjikan dengan berbagai potensi yang ada, baik wilayah maupun demografi. Namun dibutuhkan upaya meyakinkan agar para pemodal, khususnya dari luar negeri mendapatkan informasi jelas tentang seluruh aspek.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dalam acara Capacity Building North Sumatera Invest 2019 di Gedung BI Sumut, Selasa (8/10), menyebutkan bahwa dalam hal meyakinkan calon investor (pemodal) diperlukan kerja keras semua pihak terkait, mulai dai pemerintah provinsi, kabupaten/kota hingga masyarakat. Dalam konteks ini adalah bagaimana menyiapkan database (basis data) tentang potensi daerah.
“Pertama kita harus yakin dulu. Kedua adalah kejujuran menyikapi berbagai perkembangan. Kalau tidak jujur, kita akan sulit maju. Dan ketiga, kita tidak boleh menyerah. Karena kalau dilihat dari segi potensi, Sumut ini menjanjikan benar, apapun kita punya,” ujar Edy Rahmayadi, usai menjadi Keynote Speech di acara yang diselenggarakan Bank Indonesia Perwakilan Sumut.
Edy juga meminta agar semua pihak terkait, bisa bergerak dan bekerja keras menyiapkan data lengkap. Sebab tanpa itu, akan sulit untuk bisa meyakinkan calon pemodal menanamkan uangnya di Sumut. Sehingga dirinya optimis hingga akhir tahun ini, investasi bisa meningkat seiring upaya meyakinkan dari pemerintah daerah baik provinsi serta kabupaten/kota, terutama sektor agraria.
“Makanya kita harus pastikan investor percaya kepada kita dan kita bisa meyakinkan mereka. Jadi semuanya bergerak. Namun yang terpenting, adalah sektor agraria. Dari dulu habitatnya (Sumut) adalah agraris, kembalian ke sana. Jangan sibuk dengan yang lain. Itulah prioritas,” pungkasnya.
Sementara Kepala Perwakilan BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat menyebutkan bahwa kegaitan ini adalah upaya meningkatkan kapasitas para aparatur negara dalam menyiapkan data yang terkait potensi investasi di seluruh kabupaten/kota. Pesertanya dari Bappeda, Biro Perekonomian dan Asisten Bidang Perekonomian se-Sumut.
“Karena tujuannya bagaima upaya kita agar North Sumatera Invest bisa lebih aktif lagi dalam meningkatkan investasi. Karena data menunjukkan pada 2019, pertumbuhan investasi kita dari PDRB yang ditunjukkan BPS, hanya setengah dari tahun lalu, sekitar 6 %.Padahal tahun lalu bisa 11-12 persen. Artinya ada sesuatu yang salah di sini,” sebut Wiwiek.
Dirinya mengungkapkan tentang kesiapan basis data seperti proyek apa yang siap untuk dibiayai oleh para pemodal. Sehingga dapat diketahui, dari segi mana pemodal akan menanamkan sahamnya di Sumut.
“Tetapi mereka tidak tahu, darimana mulainya, karena tidak ada data. Di semua kabupaten/kota kita tidak dapat. Orang mau datang kan harusnya tinggal tanya satu pintu, dikasi semua informasi mengenai proyek apa yang ada dan posisinya seperti apa,” sebutnya lagi.
Dari situ, sambung Wiwiek, ada tiga program penyusunan data yang digagas yakni blue book, green book dan brown book. Dimana yang pertama tentang data pada tataran yang paling rendah, terkait dengan data informasi proyek yang akan ditawarakan kepada investor.
“Kedua itu lebih lengkap lagi. Sudah ada feasibility study (studi kelayakan) hitungannya dan sudah ada data mengenai tanah serta status tanah seperti apa,” jelasnya.
Sedangkan yang terakhir adalah brown book atau buku coklat berisi semua data dan informasi, baik dari sisi tataran makro, ekskalasi, PDRB dan ketenagakerjaan seperti apa. Ditambah dengan proyek apa yang sudah siap.
“Ini yang akan kita kejar. Karena tujuan kita ke situ,” pungkasnya, sembari berharap dengan data yang lengkap, maka analisis dan proyeksi bisa disampaikan kepada investor, dengan potensi yang ada di masing-masing kabupaten/kota. **
(Humas Provsu)-(Riva)